Thursday, July 05, 2007

Omzet / Profit Besar, tapi mana uangnya?

Pembaca,

Jika anda pedagang, pasti tahu arah judul di atas... Memang penyakit para pedagang apalagi yang kayak saya yang baru belajar, adalah selalu membukukan omzet sekian juta, dan profitnya sekian juta, tapi saya nggak pernah lihat uangnya...

Hal itu juga dialami oleh kakak ipar saya, sang pengusaha kayu (saw timber) yang sudah sekitar 15 tahun lebih di dunia bisnis. Setiap harinya rata-rata net profitnya sekitar 2 s/d 2.5 juta. Dan ini jelas kelihatan "aliran uangnya". Ini real. Namun sama saja, dia juga kena sindrom pedagang, mana uangnya?

Dan kalo sudah gitu kita jadi ragu, benar nggak sih omzet bulan lalu sekian juta? Atau bener nggak sih profitnya sekian juta? Atau salah hitung? Kalo bener, merembes kemana yah? Nah ini dia, kita nggak merisaukan "kok saya nggak megang uangnya" dst, tapi yang kita risaukan adalah, kemana uangnya? Ke Barang, ke Aset (atau bahkan liabilitas) atau Hilang?

So, dari hasil renungan dan mikar mikir dengan kemampuanku yang sangat terbatas ini akhirnya saya menemukan beberapa cara untuk mentrack down (wuih bosone rek..) hal ini...

Jumlah Stok Barang Saat ini

Langkah awal kita harus tahu berapa stok barang yang kita punya saat ini dalam nilai rupiah. Ini sangat penting. Sangat bagus apabila seorang pedagang setiap hari mengetahui jumlah stok barang yang dia punyai. Namun jarang yang seperti itu. So untuk itu dalam 2 hari ini kita harus melakukan stok opname. Hitung semua barang yang ada di kita. Hasil perhitungan kita, nyatakan dalam Harga Pembelian (HPP). Sebagai contoh misalnya hasil stok opname kita terhitung inventori kita sebanyak 60 juta.

Hitung Hutang dan Piutang kita saat ini

Kumpulkan semua tagihan kepada suplier dan kumpulkan juga nota bon dari pelanggan kita. Hitung masing masing. Misalnya ketemu angka Hutang kita total 10 juta, dan piutang kita 5 juta.

So,dari contoh perhitungan di atas , ketemu bahwa harta bergerak kita (inventori barang) adalah 60 juta +10 juta - 5 juta = 65 juta. Nah angka ini yang kita pegang sebagai patokan. Sebuah perdagangan yang ideal adalah manakala stok inventori kita tetap, dan kita sudah dapat hidup dengan hasilnya. Jadi usahakan jangan menambah stok lagi. Yang kita lakukan adalah menjaga agar stok selalu 65 juta. Tapi ini agak susah, karena kadang kita berambisi untuk selalu "menambah dagangan" dengan harapan toko kita akan menjadi one stop store dan omzet diharapkan akan selalu naik. Padahal, penambahan dagangan TIDAK berbanding lurus dengan omzet.

Mencatat penjualan berikut HPPnya setiap hari.

Buat buku penjualan, yang disampingnya juga dituliskan harga belinya (HPP). Hal ini untuk mengetahui berapa sih omzet dan profit kita. Dan yang terpenting pisahkanlah uang HPP dan profit langsung setiap hari. Profit masuk ke rekening pribadi kita dan HPP masuk ke rekening toko. Dan jangan sekali-kali menggunakan uang HPP itu, kecuali untuk belanja lagi. Uang profit digunakan untuk keperluan gaji karyawan, bayar tagihan, transport, dan keperluan hidup kita. Dengan hal ini akan sangat kelihatan, walaupun omzet kita besar, kita akan tahu bahwa ternyata uang aman kita (profit) hanya "sekian"... Misalnya omzet Bulan Juni lalu sebesar 40 juta, dan HPP sebesar 30 juta. Maka profit kita adalah 10 juta.

Nah dari ketiga hal diatas dapat kita buat hitung-hitungan secara sederhana. Stok awal kita sebesar 65 juta. Karena HPP bulan Juni berkurang 30 juta maka stok kita pasti berkurang. So, 30 juta ini HARUS buat belanja lagi agar stok kita kembali ke 65 juta. Jika dari profit akan kita tambahkan lagi untuk menambah stok barang, maka hal ini harus benar-benar dilakukan dengan penuh perhitungan. Karena nanti pasti ada "dead stock" di inventory kita.

Sekarang kita tahu berapa uang kita secara real dari profit. Jadi "mana uangnya" tidak akan kita tanyakan lagi....

Terakhir, biar kita bisa mengetahui bagaiaman perjalanan bisnis kita, saya ada beberapa langkah yang biasa saya lakukan.

1. Lakukan stok opname secara berkala. Saya melakukan stok opname ini 2 kali 1 bulan. Yaitu tanggal 15 dan tanggal 30. Awal melakukan ini memang berat, bisa seharian. Namun apabila sudah berjalan rutin, hal ini akan ringan. Hal ini untuk mengetahui jumlah harta kita. BAndingkan dengan hasil stok opname bulan yang lalu.

2. Membuat cheklist barang. Hitung semua barang yang ada di rak, quantity nya saja. Lakukan ini setiap hari, pagi dan sore ketika mo tutup. Apabila ada quantiy barang yang berkurang, cocokan dengan nota penjualan, jika klop, ya udah. Jika barang berkurang tapi tidak ada di nota, berarti hilang.

3. Rekap seluruh pembelanjaan dan penjualan barang kita, mulai dari toko kita berdiri sampai sekarang dalam buku yang berbeda. Misalnya Total seluruh belanja yang telah kita lakukan adalah sebesar 400 juta. Dan total penjualan (omzet) kita dari toko berdiri adalah 300 juta. Dari omzet ini hitung HPPnya, misal ketemu angka 250 juta. Maka stok barang di kita harusnya ada sekitar 150 juta, dari hasil stok opname. Jika hasil stok opname kurang dari itu maka mungkin ada di piutang, ada di uang cash, atau bahkan tanpa sadar kita telah menggunakannya untuk keperluan sehari-hari kita. Ini yang perlu kita waspadai.

Demikian Pembaca, sekali ini lagi ini hasil lapangan, tanpa basic acconting sama sekali. Semoga bermanfaat...

salam,

yoyox

http://rabbaniku.blogspot.com

0 comments: