Thursday, November 08, 2007

Fenomena Seputar Retur (atau Return?) pada Pedagang

Pembaca, jenis alasan retur barang yang kita beli ada bermacam-macam. Antara lain Rusak, cacat, warna ukuran dsb tidak cocok, dsb. Dan bagi pedagang, ada satu lagi alasan retur, yaitu tidak akan laku di jual. Kalo kita belanjanya masih dalam satu wilayah kota yang tidak menambah ongkos transport dalam jumlah besar, kita akan retur barang dengan alasan apapun tidak terlalu masalah bagi kita sepanjang penjualnya menerima.

Namun akan jadi masalah apabila kita melakukan pembelanjaan di kota lain yang membutuhkan ongkos transport yang lumayan besar dan kita harus mereturnya. Bagi end user, jika barang yang dibeli ternyata rusak, cacat, biasanya bisa diretur dan ongkos kirim/transpotnya ditanggung oleh penjual. Itu yang saya terapkan di Outlet Rabbani saya. Jadi saya berkomitmen kepada pelanggan manapun, baik di dalam kota, luar kota entah itu end user, member, agen maupun sub agen semua saya layani seperti itu. Jika barang yang dibeli Rusak/Cacat, silahkan retur dan segala biaya yang timbul karena retur ini menjadi tanggung jawab saya.

Dan jika diluar alasan Rusak/cacat, boleh retur tetapi semua biaya yang timbul menjadi tanggung jawab si pembeli. Kalo untuk end user hal ini tidak masalah, karena dia tidak perduli atas biaya berapapun yang dikeluarkan yang penting kepuasannya terpenuhi dengan adanya penukaran warna, ukuran dsb.

Sebelum saya melanjutkan, saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai retur.

Hampir 2 kali seminggu, saya belanja DAnnis ke Surabaya, Jilbab Permata ke Bekasi, dan Baju ke Tanah Abang. Sebagai keterangan, Belanja saya adalah untuk di jual lagi. Belanja yang saya lakukan adalah hanya lewat fax dan sms, tanpa harus saya pergi ke Jakarta maupun Surabaya. Untuk item barang yang pasti, saya minta dengan detail. Tapi untuk item yang saya tidak tahu, saya hanya minta yang terbaru dan yang paling laris. Itu aja. Dan ketika barang datang, seringkali saya mengerutkan dahi, karena pasti ada beberapa item yang saya ragu apakah saya bisa jual apa tidak. Awal-awal dulu saya pasti retur dan minta yang lain. Tetapi lama-lama setelah saya berhitung, saya rugi di ongkos kirim. Karena untuk retur, ongkos kirim yang nanggung saya sendiri. Dua kali ongkos kirim malah. Pas mau retur dan hasil returannya. Rugi. Sehingga untuk retur saya berhitung, dan ketemu jumlah minimal retur supaya tidak rugi di ongkos kirim, yaitu sekitar 7 juta untuk retur ke Dannis Surabaya.

Melihat ini akhirnya saya berpikir, kenapa nggak saya jual dengan harga belinya aja daripada saya retur? Kan sama aja, malah lebih banyak keuntungan yang saya peroleh daripada di retur. Setelah beberapa kali mencoba memang benar. Lebih menguntungkan dijual sendiri dengan diskon daripada di retur.

So pembaca, oleh karenanya saya menyarankan, jika anda belanja di luar kota anda dan ketika barang datang kok ada beberapa yang berbeda dengan pesanan anda, jangan buru-buru di retur. Cobalah untuk dijual dengan diskon. Jika tidak laku juga, jualah sesuai dengan yang anda beli, jika tidak laku juga, baru diretur, jangan retur barang, tapi mintalah retur uang.

Keuntungannya dengan melakukan demikian adalah:

1. Citra anda di mata vendor baik, karena "tidak pernah retur" akan menambah penilaian tersendiri di Vendor.

2. Mengenalkan "barang baru" bagi pelanggan anda dengan harga murah. 

3. Mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, seperti ongkos kirim, biaya telpon, waktu dsb.

Sebagai penutup, anda bukanlah yang pertama yang menjual produk yang anda anggap tidak akan laku. Jadi jangan pesismis akan hal itu, kalaupun ada yang pertama, itu adalah Vendor anda.

Salam,

Yoyox

http://rabbaniku.blogspot.com

0 comments: